SELAMAT NATAL? | Waktunya Bersih-Bersih Aqidah

SELAMAT NATAL? | Waktunya Bersih-Bersih Aqidah

SELAMAT NATAL?

“Bang. Ngucapin selamat natal tuh
boleh apa nggak sih sebenarnya?”
tanya seorang kawan padaku seusai
kami jamaah Subuh tadi pagi di
masjid.

Tanpa banyak cingcong aku langsung
jawab: “HARAM!”
“Tapi Kyai X, Kyai Y, doktor X
bla...bla...bla... (dia menyebut
beberapa nama) membolehkan. Yang
lain sama seperti Abang,
mengharamkan. Aku jadi bingung,”
katanya kemudian.
“Ngapain bingung?” jawabku enteng.
“Pada akhirnya semua terserah
padamu...”
“Maksud Abang?” tanya si kawan
dengan dahi mengerut.
“Yah, kau beragamanya ikut
ajarannya siapa? Kalau ikut ajaran
Rasulullah kau akan berpendapat
sama dengan Abang: HARAM. Sebab
dalam hadits tak satu pun Rasulullah
mengajarkan pada kita untuk
mengucapkan selamat atas perayaan
agama lain. Terlebih mengucapkan
selamat atas lahirnya anak tuhan
yang jelas-jelas syirik menurut
aqidah agama kita.

“Tapi kalau kau beragama menurut
ajaran orang-orang yang kau sebut
tadi, tentu saja kau akan
membolehkan. Padahal kita semua
tahu, mereka-mereka itu tak lebih dan
tak kurang sama persis dengan kita.
Pendapatnya bisa salah bisa benar.
Benar jika pendapatnya berkesuaan
dengan Qur’an dan Hadits Rasulullah.

Dan salah jika menyimpang dari
keduanya.” Jawabku panjang lebar.
“Artinya?”
“Artinya kau tak perlu bingung.
Pegangan dalam beragama itu
mudah saja: apapun yang dikatakan
orang, seahli apapun dia, sebanyak
apapun gelar dunianya berderet, bisa
kita tolak atau kita terima. Kecuali
perkataan Rasulullah. Catat itu .
Kebingunganmu itu kan terlahir
karena kau tertipu oleh gelar-gelar
dunia,” jelasku kemudian.
Si kawan manggut-manggut.
Tamat.

By. Kho Zin




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Back To Top